Total Tayangan Halaman

Selasa, 28 Mei 2019

BERBAGAI MACAM PENYAJIAN KOPI


 BERBAGAI MACAM PENYAJIAN KOPI


Setelah anda mengetahui cara membuat secangkir kopi yang sempurna, kami akan memberitahu caranya menuang kopi (brewing time) atau cara pembuatan kopi dengan teknik manual brewing. Dengan begitu, pemahaman kopi anda terus ditingkatkan hingga mencapai kelas premium. Sehingga yang anda ketahui tentang kopi bukan bukan lagi sekedar tuang-seduh-aduk yang biasa dilakukan ketika membuat kopi instan. Namun mulai saat ini anda dapat mengetahui dan mempelajari teknik manual brewing atau teknik penyajian kopi dengan cara seduh manual tanpa mesin yang biasa dilakukan oleh barista di Coffee Shop.

Jadi ketika anda berniat mengunjungi Coffee Shop, anda tidak lagi bingung mendengar berbagai istilah penyajian kopi, karena diantaraya ada French Press, Drip V60, Aeropress, dll. Jadi mari kita mulai mempelajari teknik manual brewing.

French Press


French Press biasa disebut dengan coffee press. Teknik dalam penyajian kopinya dibuat menggunakan gelas khusus. Jika akan melihat bentuk gelas yang ada alat penekan di bagian tutup gelasnya, maka itu alat yang disebut French Press. Cara menyeduhnya dengan mendiamkan kopi sebentar selama kurang lebih 4 menit, dengan takaran 60 gr untuk 1 liter air. Setelah itu, tekan bagian atasnya perlahan hingga ampas kopi tertekan ke dasar. Setelah itu segera tuangkan kopi ke dalam cangkir selagi masih fresh.

Pour Over (Drip)



Jika ingin menikmati rasa kopi yang lebih lembut, anda bisa mencoba menggunakan teknik Pour Over yang biasanya disebut Drip V60. Teknik manual brewing ini menggunakan alat berupa corong gelas berbentuk V dengan kemiringan 60 derajat dengan guratan-guratan di dalam corongnya. Dalam penyajiannya, seorang barista akan menyiapkan cangkir, gelas/keramik V60, filter yang dialaskan pada V60, dan kattle yang berleher panjang. Waktu penyeduhannya sekitar 1 menit 30 detik – 2 menit 15 detik. Caranya dengan meletakkan V60 di atas cangkir, taruh kopi pada V60 sudah dilapisi filter, terakhir tuang air panas dari kattle dengan gerakan memutar. Gerakan memutar ini perlu dilakukan agar rasa kopi teraduk sempurna.


Aeropress


Teknik ini ditemukan pertama kali di tahun 2005. Alat yang digunakan seperti dua tabung yang disatukan. Tekniknya lebih praktis untuk anda yang suka traveling, bahannya juga tidak mudah pecah dan mudah dibawa atau disimpan di dalam ransel dan koper. Cara pembuatan kopinya menggunakan tekanan udara. Jika dilihat-lihat alatnya juga mirip dengan suntikan, seorang barista biasanya menekan kopi yang sudah diberi air panas sehingga tersaring dan tersaji ke dalam cangkir. Beberapa barista melakukan teknik yang berbeda untuk mendapatkan rasa yang pas. Ada yang mengaduk kopi tiga kali saat kopi sudah dituang air panas, baru setelah itu menekannya dengan Aeropress. Sedangkan barista lain menyarankan untuk mengaduk sebanyak sepuluh kali. Rasanya pun akan berbeda tergantung teknik yang digunakan.

Syphon


Teknik manual brewing ini akan memakan waktu cukup lama, jadi pastikan anda memiliki waktu luang untuk menunggu dan menikmati kopi. Penyajian kopinya menggunakan metode memasak kopi pada tabung khusus. Sehingga posisinya adalah kopi di bagian atas, air di bagian bawah, dan rumah spiritus diletakkan di bawah alat syphon. Air harus dimasak, kemudian saat mendidih, air akan naik ke bagian atas—tempat anda meletakkan kopi. Lalu singkirkan rumah spiritus, aduk kopi, dan kemudian kopi akan meluncur pada tabung di bawahnya. Setelah itu, anda dapat menuangnya ke dalam cangkir.







Cold Brew


 Cold brew bukan sekedar kopi hitam ditambah es atau kopi hitam yang didinginkan di lemari pendingin. Jika anda ingin membuat cold brew, anda akan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga ketika anda ingin memesan cold brew di Coffee Shop sudah ada dalam keadaan ready stock, berbeda dengan kopi lain yang dibuat berdasarkan pemesanan. Teknik Cold Brew ini membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam, menggunakan alat khusus, lalu kopi bubuk ditetesi air es sehingga air kopi akan masuk ke gelas penampung tetes demi tetes. Cara ini dapat mengurangi tingkat keasaman kopi. Uniknya rasa yang ditimbulkan adalah rasa buah atau kacang-kacangan, tergantung dari asal biji kopi.

Vietnam Drip



Vietnam Drip atau kopi tetes Vietnam juga membutuhkan waktu cukup lama untuk menunggu kopi turun ke cangkir—tetes demi tetes. Apabila anda menyukai rasa yang manis, anda bisa memasukan creamer kental di dalam cangkir. Kemudian letakan Vietnam Drip dan tunggu tetesan kopi memenuhi cangkir anda. Setelah itu silahkan dinikmati.





Flat Bottom



Tekni ini lebih dulu jika dibandingkan dengan V60 dan pertama kali dikembangkan di Amerika. Cara menyeduh kopi dengan teknik ini, akan menimbulkan rasa coklat atau pahit kopi yang lebih dominan. Anda memerlukan waktu penyeduhannya lebih dari 2 menit, dengan flow rate yang lebih lambat, karena lubangnya lebih kecil dan sedikit. Flow rate yang lebih lambat akan berpengaruh pada rasa yang dihasilkan.










Chemex



Chemex adalah nama alat manual brewing yang berbentuk seperti teko gede, hampir mirip dengan jam pasir. Rasio yang digunakan adalah 1/14 atau 1 gram kopi untuk 14 ml air atau 10 gram kopi untuk satu cangkir. Caranya dengan menuangkan kopi pada Chemex yang sudah diberi kertas filter, lalu tuangkan air sebanyak 50 ml dengan gerakan melingkar, diamkan selama 30 detik dan tunggu sampai kopi mengembang. Ulangi beberapa kali hingga mencapai takaran yang sesuai. Setelah itu buang filter yang berisi ampas kopi dan aduk wadah Chemex hingga kopi merata. Barulah anda dapat menikmati kopinya.



Tubruk


Teknik tradisional yang sudah lama dikenal di Indonesia adalah Tubruk. Biasanya kopi tubruk hanya dengan cara menuang kopi dalam cangkir, seduh dengan air panas, lalu aduk. Tunggu beberapa saat hingga bubuk kopi mengendap ke bagian bawah. Apabila anda tidak suka dengan bubuk kopi, anda bisa mengambil bubuk kopi yang mengambang menggunakan sendok kecil.





Sanger



Kopi sanger banyak ditemukan di Aceh yaitu campuran antara kopi, sedikit gula dan sedikit susu kental manis atau creamer. Kopi biasanya disaring terlebih dahulu sebelum dicampur bersama gula dan susu kental manis. Setelah itu, diaduk hingga kopi berbuih. Kopi ini sangat nikmat karena aromanya tak hilang meski sudah dicampur dengan gula dan susu.









Selamat mencoba!




Setelah anda mengetahui cara menyeduh kopi dengan teknik manual brawing maka saatnya anda menyiapkan kopi specialty yang akan anda seduh. Untuk mendapatkan rasa kopi yang nikmatnya tentunya tidak hanya mahir dalam teknik manual brewing tetapi kualitas kopi juga sangat mempengaruhi rasa dan aromanya. Coffeeland Indondonesia sangat mengerti dengan apa yang anda butuhkan, karena Coffeeland menyediakan kopi Arabika single orgin specialty, diantaranya: Arabika Papua Wamena, Arabika Flores, Arabika Aceh Gayo, Arabika Bali Kintamani, Arabika Java, Arabika Malabar, Arabika Blue Korintji, Arabika Mandheling dan Arabika Toraja. Dengan kemasan yang tersedia: 1kg, 500gr, 250gr dan 125gr. 

Berikut contoh video dengan teknik cold brewing ; 




sumber :

Selasa, 14 Mei 2019

SEJARAH KOPI DI INDONESIA


SEJARAH KOPI DI INDONESIA

" Sejarah kopi yang ada di Indonesia dari dulu sampai sekarang ini memang sangatlah panjang. Namun sebagai bangsa, Indonesia patut untuk berterimakasih kepada pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Hal ini dikarenakan jika saja Indonesia tidak dijajah "

 


 Banyak orang Indonesia yang menyangka bahwa kopi merupakan komoditi asli Indonesia. Perlu diketahui sebenarnya kopi bukanlah asli tanaman Indonesia melainkan dari daratan Afrika. Hal ini memang terbukti dalam sejarah kopi bahwa tanaman kopi ditemukan di Afrika. Setelah ditemukannya tanaman kopi, kemudian tanaman ini mulai dibudidayakan dan tersebarlah ke seluruh dunia.
Sejarah mencatat bahwa kopi pertama kali ditemukan oleh orang Ethiopia sekitar 3000 tahun yang lalu. Ketika itu ada seorang penggembala kambing yang sedang membawa ternaknya ke padang. Ketika sedang menjaga ternaknya, ia melihat kambing peliharaannya memakan sebuah biji mirip berry di pohon  dan kemudian kambing itu tetap terjaga dan hiperaktif walaupun matahari terbenam. Lalu sang gembala mencoba mengolah dan memakan biji tersebut. Dan ia merasa segar kembali.

Dulu orang tidak menumbuk kopi kemudian diseduh. Pada awalnya, kopi hanya dikeringkan kemudian diseduh saja, baru setelah 500 tahun ditemukan, muncullah alat untuk menghancurkan biji kopi. Pada saat itu pengolahan kopi juga masih sangat sederhana.

Sejarah kopi di Indonesia dimulai sejak Gubernur Belanda di Malabar (India) mengirim bibit kopi Yaman atau kopi arabika (Coffea arabica) kepada Gubernur Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1696. Bibit pertama ini gagal tumbuh karena banjir di Batavia. Pengapalan kedua biji kopi ke Batavia dilaporkan terjadi pada tahun 1699. Tanaman ini tumbuh, dan pada tahun 1711 eksport pertama dikirim dari Jawa ke Eropa oleh perusahaan dagang Belanda, dikenal sebagai VOC (Verininging Oogst Indies Company) yang didirikan pada tahun 1602. Selama 10 tahun, eksport meningkat menjadi 60 ton per tahun. Indonesia adalah tempat pertama kali kopi dibudidayakan secara luas di luar Arab dan Ethiopia. VOC memonopoli perdagangan kopi pada tahun 1725 sampai 1780.

Perdagangan kopi sangat menguntungkan bagi VOC, tetapi bermanfaat sedikit untuk petani Indonesia yang dipaksa menanamnya oleh pemerintah Kolonial Belanda. Secara teori, memproduksi komoditas eksport berarti menghasilkan uang bagi penduduk Jawa untuk membayar pajak mereka. Ini dalam bahasa Belanda dikenal sebagai Cultuurstelsel (Cultivation System) dan ini meliputi mulai dari rempah-rempah dan komoditas utama pertanian tropis yang sangat beraneka jenisnya. Cultuursstelsel untuk kopi diterapkan di daerah Prenger Jawa Barat. Pada praktiknya, harga untuk komoditas utama pertanian ini di-setting terlalu rendah dan mereka dipalingkan dari pekerjaan buruh yang memproduksi beras, yang menyebabkan situasi berat bagi petani.

Di pertengahan abad ke-17, VOC mengembangkan area tanam kopi arabika di Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timor. Di Sulawesi kopi pertama kali ditanam tahun 1750. Di dataran tinggi di Sumatra Utara kopi pertama kali tumbuh di dekat Danau Toba pada tahun 1888, diikuti oleh dataran tinggi Gayo (Aceh) dekat Danau Laut Tawar pada tahun 1924.

Pada tahun 1850, pegawai kolonial belanda, Eduard Doues Dekker, menulis sebuah buku berjudul “Max Havelaar and the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company” yang mengekspose pressure pada petani oleh pegawai-pegawai korup dan tamak. Buku ini membantu mengubah opini publik Belanda tentang “Cultivate System” dan kolonialisasi secara umum. Baru-baru ini nama Max Havelaar diadopsi oleh suatu organisasi fair-trade pertama.

Di sekitar abad 18, kolonial Belanda mendirikan lahan pertanian kopi yang luas di dataran tinggi Ijen di Jawa Timur. Meski demikian, bencana menghantam pada tahun 1876, ketika kopi diserang penyakit karat daun yang menyapu Indonesia, membumihanguskan tanaman sejenis. Kopi robusta (C. canephor var. robusta) diperkenalkan di Jawa Timur pada tahun 1900 sebagai pengganti di dataran yang lebih rendah dan penyakit karat sekoyong-koyong dibinasakan.

Pada tahun 1920, perusahan-perusahaan kecil di Indonesia mulai menanam kopi sebagai komoditas utama. Perkebunan di Jawa dinasionalisasi pada hari kemerdekaan dan direvitalisasi dengan varietas baru kopi arabika di tahun 1950-an. Varietas ini diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kecil melalui pemerintah atau berbagai program pengembangan masyarakat. Sekarang lebih dari 90% kopi arabika Indonesia dikembangkan oleh perusahaan kecil terutama di daerah Sumatra Utara, dengan lahan 1 hektar atau kurang. Produksi arabika tahunan sekitar 75.000 ton dan 90% diekspor. Kopi arabika yang sampai ke negara lain sebagian besar masuk ke segmen pasar spesial.



Sejarah kopi di Indonesia dibagi menjadi tiga fase, yaitu pada saat penjajahan, setelah penjajahan, dan kopi pada era modern.


1  Kopi Pada Saat Penjajahan
Kopi yang dibawa oleh penjajah Belanda merupakan awal adanya kopi di Indonesia. Pada saat itu, salah satu komandan pasukan Belanda yang datang dari India membawa bibit kopi ke Batavia atau yang sekarang ini bernama Jakarta pada tahun 1696.

Komandan pasukan Belanda ini memberikan bibit kopi dari bibit yang berkualitas unggul, namun sayangnya Batavia pada saat itu terkena musibah banjir sehingga semua bibit kopi gagal dipanen. Baru pada tahun 1700-an, kopi berhasil dibudidayakan di Indonesia. Sampai Indonesia merdeka, Belanda menjadi pemasok kopi terbesar di dunia.


2   Kopi Setelah Penjajahan

Sejarah kopi di Indonesia setelah penjajahan semakin berkembang pesat. Semua perkebunan dan pabrik kopi yang semula dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda dinasionalisasikan dan menjadi milik pemerintah Indonesia. Namun perkembangan perkebunan kopi setelah penjajahan sedikit terhambat.

Jenis-jenis kopi yang ditanam pada saat penjajahan kebanyakan adalah kopi arabika dan robusta yang mempunyai daya jual rendah. Berkat kegigihan para petani kopi yang ada di Indonesia, akhirnya perkebunan kopi lambat laun semakin berkembang. Perkebunan kopi sempat pasang dan surut, terlebih lagi tidak lama setelah Indonesia merdeka terjadi krisis politik dan ekonomi yang mengganggu kestabilan. Pada saat itu, perkebunan kopi juga terkena imbasnya.


3.  Kopi Pada Era Modern
Setelah era tahun 2000’an, perkembangan kopi kembali melejit. Di tahun ini masuklah era modern kopi. Sejak saat itu, kopi menjadi salah satu minuman favorit banyak orang. Apalagi olahan kopi sejak saat itu semakin bervariasi. Tidak hanya kopi hitam yang berasa pahit saja, namun sudah banyak kopi dengan rasa yang nikmat.

Pada tahun 2000’an ini, di Indonesia mulai ditemukan kopi jenis baru yaitu kopi luwak. Kehadiran kopi jenis baru ini membuat komoditi kopi di Indonesia semakin berkembang maju. Di Indonesia sendiri, jenis kopi luwak lebih disukai karena rasanya yang lebih ringan dan aman untuk dikonsumsi para penderita sakit maag.

Sejarah kopi yang ada di Indonesia dari dulu sampai sekarang ini memang sangatlah panjang. Namun sebagai bangsa, Indonesia patut untuk berterimakasih kepada pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Hal ini dikarenakan jika saja Indonesia tidak dijajah Belanda, maka tanaman kopi mungkin saja tidak akan sampai di Indonesia dan Indonesia tidak akan menjadi pemasok terbesar kopi di seluruh dunia.

Perkembangan perkebunan kopi di Indonesia sekarang ini semakin pesat, apalagi kopi sekarang ini menjadi salah satu minuman favorit banyak orang. (alwib.net & coffindo) 



 KLIK DI BAWAH INI

SELANJUTNYA BERBAGAI MACAM TEKNIK PENYAJIAN KOPI